The youngest & The oldest student
1
"Agghhhh . . . . "
"Tingkah yang sangat bukan tuan putri sekali"
"Siapa yang peduli? Di sini sudah tidak ada
siapa-siapa!"
"Aku masih ada di sini"
"Kau tidak dihitung"
Saat ini, Amelie sedang terkapar di tanah lapang penuh
rumput. Bukan karena terjatuh atau menikmati panasnya terik matahari.
Erangannya tadi harusnya sudah memberitahukan siapapun yang melihatnya paham
kalau dia sedang kelelahan.
"Ini"
Haruki mencoba mengulurkan botol minuman pada Amelie. Tapi
sepertinya, gadis itu sudah terlalu lelah sampai bangun dari tanah saja terasa
sangat sulit. Yang tidak mengherankan mengingat kalau latihan fisik yang dia
dapatkan hari ini lebih berat dari biasanya untuk mempersiapkan ujian kelulusan
tidak lama lagi.
Jika Amelie sudah seumuran dengan teman-teman sekelasnya yang
lain. Dia tidak akan berakhir dengan keadaan yang semengenaskan itu. Tapi sebab
Amelie adalah murid lulusan jalur akselerasi, umurnya jauh lebih muda dari
semua rekan-rekannya. Membuat semua kurikulum yang diikutinya bisa dibilang
terlalu berat untuk anak seumurannya.
Untuk masalah pengetahuan tertulis. Amelie tidak punya
masalah. Tapi dihadapkan dengan menu latihan fisik yang ditujukan untuk remaja
berumur enam atau tujuh belas tahun. Tubuh dua belas tahunnya akan kewalahan,
tidak peduli seberapa besarnya tekad atau motivasinya.
"Belum terlambat kalau mau mengundurkan diri dari
ujian"
Amelie adalah sandera politik dari Amteric. Negara besar yang
beberapa tahun lalu kalah dalam perang penguasaan benua dengan nama yang sama.
Sebagai jaminan perjanjian perdamaian, dia dan saudara-saudaranya dikirimkan ke
negara-negara yang terlibat di dalam konflik itu.
Sebagai anak dari seorang selir. Amelie sempat berpikir kalau
dia akan dikirimkan ke negara minor. Tapi tanpa dia duga. Yamato, salah satu
pilar utama dari pasukan koalisi untuk menghadapi Amteric malah meminta
kedatangannya secara spesifik.
Menjadi sandera politik di negara musuh bukanlah sesuatu yang
mudah. Apalagi ketika kau memutuskan untuk masuk ke dalam salah satu
sekolahnya. Hampir semua orang membencimu, dan meski mereka tidak membencimu
kebanyakan orang akan memilih untuk menghindar dan menjaga jarak membuatmu
akhirnya tidak punya teman. Selain itu, sebab dia adalah seorang tuan putri
dari negara lain. Setiap gerak-geriknya juga jadi perhatian banyak orang.
Hal yang biasanya akan jadi bahan material untuk mencibir,
menggoda, atau menyindirnya di belakangnya.
Tapi meski dengan semua hal negatif itu. Amelie tetap
menjalankan tugasnya. Sebab dia secara literal tidak bisa menolak perintah
ayahnya. Dan yang terpenting.
"Aku akan ikut ujian dengan normal! Lalu lulus dengan
normal!"
Haruki ada di sini bersamanya.
"Kau benar-benar keras kepala! Sini!"
Haruki membantu Amelie untuk duduk lalu sekali lagi,
mengulurkan botol minumannya pada gadis di depannya.
"Terima kasih"
Selain karena perintah dari raja Amteric yang sekarang,
Arthfael Irmhilde, alias ayah kandungnya. Amelie bisa bertahan di Yamato juga
karena ada pemuda bernama Haruki yang selalu ada bersamanya. Bahkan, alasannya
masuk ke sekolah militer di tempat ini dan ingin lulus dengan normal juga
adalah karena pemuda itu.
Mereka berdua adalah apa yang kau bisa sebut dengan teman
masa kecil.
Enam tahun yang lalu, Haruki datang ke Amteric dan jadi guru
pribadinya. Di sana, anak laki-laki itu mengajarkan semua hal yang dia perlu
tahu tentang dunia ini. Dan bagi Amelie yang keberadaannya tidak terlalu
dianggap oleh keluarga kerajaan, apa yang Haruki berikan padanya sangatlah
berharga.
Bersama dengan teman masa kecilnya yang lain, Erwin Frank.
Mereka bertiga bermain, belajar, dan mengembankan teritori kecil miskinnya jadi
tempat yang lebih baik. Tapi karena perang yang semakin mendekat . Mereka
akhirnya harus berpisah.
Bagi Amelie, Haruki adalah anggota keluarga yang sangat
penting. Guru yang menjadi panutannya, dan teman yang dia rindukan. Semua hal
itu membuat gadis itu langsung memutuskan untuk masuk ke sekolah militer agar
bisa sekali bertemu dengan Haruki dengan bebas.
Hanya saja setelah diterima di sekolah militer. Amelie masih
harus berhadapan dengan banyak masalah hanya untuk bertemu dengan Haruki.
Sampai pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam kelas akselerasi
agar bisa lulus dengan cepat dan menyusul teman masa kecilnya itu.
Tidak disangka, ketika dia mencapai kelas lanjutnya. Dia
malah bertemu dengan Haruki yang bukan hanya masih belum lulus, tapi sudah
berubah seratus delapan puluh derajat dari anak laki-laki yang ada di
ingatannya.
Sekarang Haruki dikenal sebagai pembuat masalah, murid paling
bodoh, dan seseorang yang tidak kompeten. Membuat Amelie yang tahu seberapa
hebatnya Haruki tidak bisa tinggal diam. Dia mengubah targetnya dari lulus
cepat dan menyusul Haruki menjadi menunjukan seberapa hebatnya teman masa
kecilnya itu dan lulus bersamanya.
Mengikuti ujian secara normal adalah salah satu caranya untuk
memaksa pemuda itu untuk juga ikut ujian kelulusan.
"Sigh. . . . Jujur saja aku terkejut kau bisa bertahan
sampai sekarang"
"Ughh. . Tapi nilaiku jelek"
Ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa kau ubah
seberapa keraspun kau berusaha. Dan salah satu dari hal itu adalah umur.
Misalkan kau satu hari lebih muda dari seseorang. Sampai mati kau juga akan
tetap satu hari lebih muda dari orang itu. Tidak peduli seberapa giat Amelie
melatih fisiknya. Dia tidak akan bisa mengalahkan teman-teman sekelasnya yang
empat tahun lebih tua darinya dalam urusan kekuatan.
Satu-satunya nilai pelajaran fisik Amelie tidak berada di
posisi terakhir adalah karena Haruki selalu siap untuk menempatinya. Bukan
karena dia yang paling lemah atau paling tidak kompeten. Tapi karena pemuda itu
punya hobi untuk tidak mengikuti pelajaran sehingga dia selalu punya poin yang
pas di ambang batas untuk tidak dikeluarkan.
Hari ini saja, Haruki baru muncul di tempat latihan setelah
tidak melihat Amelie keluar dari sekolah di jam normal.
"Kau tidak dikeluarkan di tahun pertama saja sudah
pencapaian"
Standar sekolah militer di Yamato sangatlah tinggi. Untuk
masuk kau perlu lulus banyak tes yang sulit. Lalu meski kau sudah berhasil
masukpun kau tidak bisa santai dan merasa aman. Kalau kau tidak mau dikeluarkan
karena kurang poin. Kau tidak bisa mengikuti kurikulumnya dengan setengah hati.
Dan kalau fisik dan mentalmu tidak kuat, tinggal menghitung saja sampai
seseorang mengundurkan sendiri tanpa ada yang memaksa.
Dua puluh sampai tiga puluh persen murid baru yang masuk
biasanya hanya bertahan sampai tahun kedua. Kalau kau melihat hal itu.
Dibandingkan murid umum, Amelie yang masuk kelas akselerasi dan bisa bertahan
sampai hampir lulus adalah seseorang yang luar biasa.
Kemampuan fisiknya mungkin paling rendah dibanding
teman-teman sekelasnya. Tapi melihat umurnya, kau bisa memakluminya.
Menggunakan kata "hebat" untuk mendeskripsikan gadis itu bisa
dibilang adalah sebuah understatement.
Jika dia menjalani pendidikannya secara normal. Bisa dijamin
kalau dia akan jadi siswa terbaik di angkatannya.
"Yeh, dibandingkan dulu! Aku merasa benar-benar
bertambah kuat"
Sambil tersenyum. Amelie menyingkapkan lengan bajunya lalu
menekuk lengannya dan menunjukan ototnya yang sama sekali tidak kelihatan
kekar.
"Kau punya kekuatan spesial membuat semuanya jadi tambah
rumit"
Haruki menyentuh bisep Amelie. Dan benar saja, yang dia
temukan bukanlah lengan keras melainkan kulit dan juga otot yang lembut. Yang
artinya hanya satu. Kekuatan yang Amelie miliki tidak semata berasal dari hasil
latihan fisiknya.
"Kalau saja aku tahu kekuatanku, aku bisa jadi lebih
kuat lagi"
Di dunia ini, ada fenomena di mana seseorang lahir dengan
sebuah kemampuan khusus. Kebanyakan orang menyebutnya sebagai sihir karena
tidak ada yang tahu cara kerjanya.
Tapi daripada sihir, Amelie dan Erwin yang punya ingatan
tentang dunia lain lebih memilih untuk menyebut kekuatan spesial itu sebagai
kemampuan esper.
Sampai saat ini belum ada kasus di mana dua orang memiliki
kekuatan spesial yang sama. Cara kerjanya, kapan bangkitnya, dan cara
penggunaannya berbeda satu sama lain. Membuat pembelajaran fenomena itu sulit
dilakukan.
Tapi meski begitu, ada satu tanda umum yang selalu muncul
pada semua orang yang punya kemampuan khusus. Dan hal itu adalah kekuatan fisik
mereka yang di atas rata-rata. Meskipun kekuatan spesialmu tidak ada
hubungannya dengan kemampuan fisik. Kau akan tetap jadi lebih kuat dari orang
biasa. Dan semakin keras kau melatih kekuatan spesialmu, maka akan semakin
tinggi bonus kemampuan fisikmu.
Jika Amelie bisa mengetahui kekuatan spesialnya maka dia akan
bisa melatihnya. Dan jika bisa melatihnya maka secara otomatis, maka kemampuan
fisiknya juga akan ikut bertambah. Membuatnya bisa berkompetisi dengan
teman-teman sekelasnya dengan lebih mudah meski dengan umurnya yang muda.
"Sudahlah, kau masih ingat kalau kau ini tuan putri kan?
Kau bahkan tidak perlu ikut bertempur di garis depan"
"Aku tidak ingin jadi beban!"
"Jadi tuan putri yang baik dan biarkan prajurit yang
sebenarnya melindungimu"
"Kita harus selalu punya rencana B"
"Barang-barangmu sudah kubawa pulang, ayo kita
pulang"
"Jangan mengalihkan pembicaraan!"
". . . . "
Haruki tidak mengatakan apa-apa dan hanya bersiul sambil
mengalihkan pandangannya ke arah lain. Pemuda itu jelas tidak ingin melanjutkan
pembicaraan mereka.
"Sighh. . . "
Amelie menyerah dan memutuskan untuk berdiri. Tapi. . .
"Ah. . . . "
Dia kembali terduduk ke tanah. Sepertinya air dan sedikit
istirahat belum cukup untuk mengembalikan staminanya. Ketika dia mencoba
berdiri, kedua kakinya terasa seperti jelly dan menolak untuk menopang berat
tubuhnya.
"Apa kau tidak apa-apa?"
Haruki yang sudah bersiap untuk berjalan langsung kembali
menghampiri gadis itu dan mencoba membantunya berdiri. Tapi meski dengan
bantuannyapun, Amelie masih berdiri layaknya anak rusa yang baru lahir. Dilihat
dari manapun dia masih belum kuat berjalan sendiri.
"Sini! Mau di depan atau belakang?"
Haruki berdiri di atas lututnya.
"Maafkan aku"
Hari ini bukan pertama kalinya Amelie butuh bantuan untuk
pulang setelah latihan fisik keras. Sebelum dia masuk ke kelas lanjutan, yang
punya tugas menjemputnya kalau dia sudah terkapar adalah ayah Haruki. Tapi
sekarang tugas itu sudah beralih ke tangan Haruki sendiri. Menggendong Amelie
pulang sudah seperti kebiasaan rutinnya.
Awalnya tentu saja Haruki merasa canggung. Tapi sebab dia
tidak punya pilihan lain serta Amelie sendiri tidak keberatan, tidak butuh
waktu lama sampai melihat Haruki menggendong Amelie jadi pemandangan normal.
Jujur setiap kali Haruki menggendong Amelie, dia kesulitan
untuk tidak berpikir macam-macam. Sejak kecil Amelia sudah cantik, tapi di masa
lalu Amelie lebih kelihatan seperti anak kucing yang membuatmu ingin mengelus
kepalanya. Hanya saja Amelie bukan anak tujuh tahun lagi. Dia adalah gadis yang
sudah mulai bertumbuh jadi seorang wanita.
Jika bukan karena skillnya untuk menutupi emosinya. Dia tidak
akan bisa memasang wajah tenang. Berbeda dengan Amelie yang kelihatannya
benar-benar tidak berpikir ada yang aneh dengan kedekatan mereka.
Sepertinya Amelie masih menganggap kalau tidak ada yang
berbeda dari hubungan mereka dengan hubungan mereka bertahun-tahun lalu saat
mereka masih kecil. Hal yang membuat Haruki senang tapi juga kecewa di saat
yang bersamaan. Senang karena dia bisa fokus menutupi perasaan canggungnya, dan
kecewa karena hal itu menunjukan kalau Amelie masih menganggapnya masih seperti
anak kecil yang sama enam tahun yang lalu.
"Di saat seperti ini harus bilang yang lain. . "
". . . Terima kasih"
Amelie tersenyum lalu melompat ke punggung pemuda itu.
". . . . . . "
Sambil mencoba tidak mengindahkan sensasi lembut dari dada
bertumbuh Amelie yang menekan punggungnya dan juga kedua paha gadis itu yang
sedang dia dekap. Pemuda itu mulai berjalan.
"Ngomong-ngomong Haruki! Apa kau punya cukup
kredit?"
"Ahahahaha. . . "
"Jangan tertawa!"
Haruki berhenti tertawa. Tapi dia juga tidak mengatakan
apapun. Yang sekali lagi adalah tanda kalau pemuda itu tidak ingin membahas
topik ini. Hanya saja, kali ini Amelie menolak untuk tinggal diam.
"Hari senin ada ujian susulan! Kau akan mengikutinya dan
kau akan mendapatkan nilai bagus!"
"Aku bisa mengikutinya, tapi aku tidak bisa janji bisa
dapat nilai bagus"
"Jangan khawatir anak muda, aku akan mengajarimu semua
materinya"
"Kau tidak perlu repot-repot tuan putri, aku bisa
belajar send. . "
"Aku akan ke tempatmu besok jam satu! Jangan pergi
kemana-mana!"
"Sighhh. . . "
"Jangan menghela nafas!"
2
Sejarah itu ada bukan hanya untuk diingat tanggalnya atau
dihafal namanya. Jika tujuan ditulisnya buku sejarah hanya untuk menjejalkan
informasi semacam itu ke kepala seseorang, bentuk tulisan buku sejarah harusnya
hanya berupa daftar tanggal, nama dan kejadian.
Tapi buku sejarah kenyataannya tidak berbentuk seperti itu.
ditulis seperti sebuah cerita.
"Aku tahu, aku tahu apa yang ingin coba kau katakan, kau
ingin memberikan pidato tentang jawaban ideologis seperti belajar dari
kesalahan orang sebelumnya, mencontoh ini dan itu, menghormati siapa dan siapa,
lalu dan seterusnya dan seterusnya"
"Kau sama sekali tidak paham!"
Di dalam ruang kecil, pengap, gelap, dengan tembok kayu yang
mulai lapuk. Seorang gadis kecil sedang berhadapan dengan seorang pemuda yang
masa remajanya hampir habis. Memisahkan mereka berdua adalah sebuah meja kecil
yang penuh dengan kertas dan buku.
"Jangan marah begitu. . . nanti kau jadi cepat tua"
"Aku tidak marah! Aku kecewa!"
Diomeli oleh gadis kecil tadi adalah hal biasa, karena
itulah. Kemarahan yang ditujukan padanya sudah terasa seperti angin lalu. Fakta
kalau gadis itu marah karena dia peduli padanya juga ikut andil dalam membuat
Haruki tidak merasa terlalu buruk.
"Lagipula yang perlu kuingat memang hanya nama dan
tanggal kan? coba lihat saja pertanyaan yang tertera di lembar soal ini
Amelie"
"Akan kuakui kalau soal-soal ini memang hanya perlu
dijawab dengan mengingat nama dan tanggal"
Ada ingatan jangka panjang dan ada ingatan jangka pendek. Dan
bagi orang yang punya kesulitan dalam belajar, mengingat jawaban sesuai
perkiraan soal yang akan diberikan adalah cara termudah untuk mendapatkan nilai
yang bagus.
Tapi selalu ada yang namanya pengecualian.
"Kau baru boleh bilang begitu saat jawabanmu itu benar
Harukiii!!!!!"
Si gadis kecil mengambil kertas di depannya lalu menempelkan
benda itu ke wajah pemuda di depannya. Di kertas itu ada sebuah angka nol besar
yang tertulis
"Itu. . . aku hanya lupa beberapa hal"
"Lupa itu normal, aku paham! tapi sayangnya kau itu
melupakan hal yang tidak normal"
Di kertas soal, ada sebuah pertanyaan sangat mudah yang bisa
dijawab siapapun bahkan tanpa mengingat-ingat tulisan di buku. Tapi meski
begitu, dia menjawabnya dengan salah.
"Tahun berapa pasukan Amteric mundur setelah kalah dari
pasukan koalisi Yamato dan Albion di garis pantai? bukankah kejadian itu baru
terjadi empat tahun yang lalu?"
Bukan hanya empat tahun itu belum lama. Hal itu juga adalah
salah materi yang pernah Haruki ajarkan padanya dulu saat masih jadi guru
pribadinya di Amteric.
"Geh. "
"Sekarang bilang apa?. . "
"Maaf. . "
Meski yang dihadapi oleh Haruki hanyalah seorang gadis kecil
berusia dua belas tahun. Tapi tanpa dukungan logika yang kuat, pemuda bernama
Haruki yang sedang menunduk di tempatnya itu sama sekali tidak bisa menolak
argumen Amelie.
"Lagipula bukankah dengan melihatku saja kau harusnya
sudah ingat? kalau bukan karena kejadian itu sekarang aku juga tidak akan ada
di sini"
"Maaf. "
Dan hanya bisa meminta maaf.
"Untuk yang ini kau tidak usah minta maaf, semuanya
adalah salah kakeku"
"Maksudmu raja sebelumnya"
Sepuluh tahun yang lalu, negara kelahiran Amelie
mendeklarasikan perang ke negara-negara di sekitarnya untuk mengatasi masalah
domestiknya.
Di benua ini, ada sebuah negara besar bernama Amteric. Negara
ini punya penduduk paling banyak dengan luas wilayah paling besar di antara
negara-negara lain di sekitarnya.
Selain punya jumlah penduduk yang sangat banyak, negara itu
juga punya industri tambang yang sangat besar. Dengan memanfaatkan sumber daya
itu. Kehidupan orang-orangnya bisa dibilang lebih makmur dari penduduk
negara-negara di sekitarnya.
Membuat penduduk Amteric jadi semakin kaya secara finansial.
Meski begitu mereka tidak bisa berhenti bergantung pada negara lain untuk
mengurusi dirinya sendiri.
Mereka tidak punya cukup bahan pangan untuk memenuhi
kebutuhan negaranya sendiri karena orang-orangnya yang lebih fokus untuk
bekerja di sektro yang menghasilkan kas secara langsung seperti pertambangan,
pemrosesannya, dan produksi alat industri.
Selain itu, di Amteric pertanian juga dianggap sebagai
pekerjaan rendahan. Yang pada akhirnya membuat orang-orang berkuasa yang punya
tanah luas tidak ingin menggunakannya untuk lahan pertanian senan mereka tidak
ingin dicibir teman-temannya.
Secara literal. Di negara itu, hanya satu propinsi yang
mengkhususkan diri pada agrikultur. Tapi karena lokasinya yang jauh, meski
mereka bisa memproduksi cukup bahan makanam yang cukup untuk satu negara.
Masalah distribusi akan selalu jadi bottleneck.
Hal itu membuat mereka memerlukan dengan negara lain untuk
mengatasi masalah domestiknya. Memberikan negara lain punya kekuatan untuk
bernegosiasi dengan Amteric.
Dan sayangnya. Para petinggi Amteric sudah terkenal dengan
kesombongannya. Mereka menganggap kalau mereka adalh orang pilihan dan negara
lain lebih rendah dari mereka.
Hanya perlu satu percikan kecil untuk meledakan ego masif dan
mendorong semua orang untuk bertindak ekstrim.
Dan percikan itu datang dalam bentuk ambisi kakek Amelie
untuk menaklulan negara-negara tetangganya dan menguasai benua.
Dengan jumlah tentara yang sangat banyak, persenjataan yang
lengkap, serta dibantu dengan doktrin sangat kuat yang berbunyi 'kami itu orang
pilihan dan kalian itu hanya serangga', 'kami itu yang paling hebat jadi kalian
harus menurut', dan 'kami itu pemimpin sedangkan kalian itu orang biasa',
satu-persatu negara di sekitarnya mulai jatuh dan wilayahnya mulai diserap
Amteric.
Semuanya berjalan lancar dan wilayah mereka jadi semakin
luas, dan dengan semakin luasnya wilayah mereka, para bangsawannya yang sudah
kaya jadi semakin kaya dan ingin lebih kaya lagi. Proses itu terus berlangsung
dan membentuk lingkaran setan.
Setelah menguasai hampir seluruh benua, mereka mulai
meluncurkan invasinya ke negara-negara kepulauan di sekitarnya. Tapi kali ini
usaha mereka tidak berjalan lancar.
Mungkin karena prajuritnya tidak punya banyak pengalaman
bertempur di atas air sebab mereka tidak punya perairan, serangan pertama
mereka ke seberang lautan berakhir dengan kegagalan besar.
Albion, Hispain, dan Yamato berhasil menghancurkan angkatan
laut Amteric yang baru saja dibentuk.
Di selatan mereka dihentikan Kerajaan Yamato, di barat mereka
dihentikan oleh Albinon, dan di selatan mereka dihentikan oleh Hispania.
Negara yang masih belum diserang di kepulauan utama menyerang
balik untuk mencegah daerah mereka diserang, penduduk dari negara yang sudah
mereka taklukan memulai pemberontakan, lalu dari kedua garis pantainya serangan
dari laut tidak berhenti selama tuju hari tujuh malam.
Akibat semua gerakan perlawanan itu, wajib militerpun
diberlakukan. Membuat sebagian besar pekerja diharuskan ikut berperang. Yang
pada akhirnya membuat pertambangan kekurangan orang untuk bekerja dan
menurunkan jumlah stok persenjataan. Kekacauan itu juga menimbulkan kemampuan
finansial negara itu menurun yang berimbas pada penurunan budget perang.
Para bangsawan yang tidak mau memberikan bantuan ke kerajaan
juga mulai menolak perintah dan membuat keadaan internal jadi semakin carut
marut.
Melihat kerajaannya akan tenggelam. Ayah Amelie, Arthfael
Irmhilde meluncurkan kudeta dan menggulingkan ayahnya sendiri sebelum
mendeklarasikan kekalahan Amteric.
Dengan begitu, perangpun berakhir. Dan perjanjian non
agresipun dibuat. Lalu Ameliepu berakhir di Yamato.
"Maafkan aku, tolong maafkan aku! aku benar-benar tidak
bermaksud untuk melupakanmu! jadi tolong berhenti menjejalkan informasi tidak
berguna itu padaku!!!"
Informasi yang baru saja Amelie memang sama sekali tidak
berguna untuk Haruki. Sebab dia sudah mengetahuinya. Bagi Haruki, apa yang
Amelie lakukan itu sama dengan memberitahukan padanya kalau Laut itu banyak
airnya atau langit itu sangat luas.
"Haruki, sekarang dengarkan aku baik-baik dan
seriuslah!"
"Iya, iya"
"Iyanya satu kali saja!!"
"Iya"
Merasa kalau topik pelajaran sebelumnya sama sekali tidak
mengalami kemajuan. Amelie memutuskan untuk mengubah topik demi mengganti
suasana. Selain itu agar tidak jadi lebih stress lagi Amelie juga menurunkan
level dari pelajaran yang diberikan pada Haruki.
"Baiklah kalau begitu. Sekarang coba sebutkan beberapa
jenis nutrisi terpenting yang dibutuhkan makhkuk hidup untuk tetap bertahan
hidup! kau tidak perlu terikat angka, meski kau ingat hanya satupun jawabanmu
masih akan kukategorikan benar"
"Hay Amelie, kenapa kau memberikan pertanyaan yang
sangat dasar seperti itu?"
"Siapa yang bilang kau boleh bertanya balik? jawab saja
pertanyaanku tadi"
"Hah. . . "
"Cepat jawab!"
"Air tawar, air gula, air garam, air sungai dan air
hujan"
"Aku benar-benar heran bagaimana kau masih bisa hidup
sampai sekarang dengan nutrisi semacam itu"
Jika jawabannya tadi benar-benar serius, dia merasa kalau
umur pemuda di depannya sudah tidak panjang lagi.
"Tolong bekerjasama dan seriuslah Haruki, kau membuat
rambutku rontok"
Tidak mungkin kan Haruki tidak tahu hal dasar semacam itu?.
Lemak, karbohidrat, mineral, protein dan vitamin. Anak kecil juga tahu. Amelie
berharap Haruki segera berhenti bermain-main dan serius menjawab pertanyaannya
yang sudah sengaja dipilihkan yang gampang.
"Aku dari tadi sudah serius"
"Pengakuanmu malah membuat perasaanku jadi semakin
buruk"
Tidak seperti Amelie dan murid lain yang tinggal di rumah
tamu dan asrama. Haruki tinggal di sebuah gubuk kecil di tanah sekolah untuk
suatu alasan. Dan tempat itu tidak punya atmosfir yang bagus. Hal yang membuat
mood Amelie semakin jatuh.
"Apa kau ini tidak punya malu Haruki?"
Pertanyaan seperti itu tentu saja tidak ada dalam buku
pelajaran.
"Pertanyaan macam apa itu? kau kira aku ini apa?"
Di jaman ini, menemukan anak yang tidak bisa bicara sopan
pada orang yang lebih tua darinya itu gampang. Dan menemukan anak yang tidak
punya sopan santun malah jauh lebih gampang. Lalu menemukan seorang anak yang
bisa menghina mantan kakak kelasnya dengan muka datar sama mudahnya dengan
mencari jerami di tumpukan jerami.
Sama sekali tidak perlu usaha.
"Maksukdku, kau itu enam setengah tahun lebih tua dariku
tap kitai masih satu kelas, apa kau tidak tahu malu?"
Meski ada banyak sekali anak-anak yang punya tendensi untuk
menghina orang lain dan Amelie memang baru saja menghina seseorang. Sebenarnya
gadis kecil itu adalah orang yang ahli menahan diri untuk tidak mengatakan isi
pikirannya.
Dia bisa menghinanya adalah karena Haruki memang pantas
dihina.
"Kenapa aku harus malu?"
"Ya itu! pikiranmu itu yang membuatku jadi ingin
bertanya sebenarnya kau punya malu atau tidak"
"Biar kukoreski kalimatmu! kau itu enam tahun lebih muda
dariku! kau terlalu pintar"
"Biar kuperjelas omonganku! kau tidak lulus selama
bertahun-tahun dasar orang bodoh!"
Sebab murid sekolah militer itu sangat banyak dan yang masuk
ke sana juga dari banyak golongan, menjadi terkenal di sekolah ini butuh banyak
usaha. Hanya saja, meski begitu di sekolah ini ada beberapa orang yang sangat
terkenal bahkan sampai orang di luar sekolahpun akan tahu nama mereka.
Pertama, Haruki. Anak ajaib yang selalu punya nilai evaluasi
tertinggi dalam empat tahun berturu-turut tapi sekarang dikenal sebagai
Bapaknya semua siswa karena umurnya yang paling tua.
Kedua, Amelie. Gadis kecil yang selalu sibuk belajar dan bisa
masuk ke kelas terakhir dalam kurun waktu tiga tahun saat dia baru berumur dua
belas tahun. Jika semua lancar, dia akan jadi lulusan termuda sekolah militer
di Yamato. Tapi dia lebih dikenal sebagai putri buangan karena dia anak ketujuh
dari raja negara yang paling dibenci sedunia.
Sebab perang baru berakhir tiga tahun yang lalu, luka-luka
yang tersisa pada orang-orang yang ikut jadi korban masih segar. Meski dia
tidak melakukan apapun, tentu saja dia masih mendapat bagian ketidaksukaan dari
banyak orang.
Di antara banyak orang itu hanya Haruki yang memperlakukannya
dengan normal, dan dia berterima kasih padanya. Tapi Amelie masih punya masalah
dengan orang di depannya.
"Aku benar-benar penasaran bagaimana kau bisa sampai
berakhir seperti ini"
"Maksudmu?"
Amelie tidak menjawab. Dia tetap diam dan mengingat-ingat
Haruki yang dikenalnya dulu.
Saat Amelie berumur lima tahun Ibunya menyuruhnya untuk
belajar di Ibukota Amteric di sekolah bangsawan. Tapi Amelie tidak mampu
beradaptasi lalu dikeluarkan secara halus setelah berada di sana tidak setelah
punya konflik dengan seorang bangsawan.
Konflik yang memaksanya harus pulang membawa serombongan
budak.
Gara-gara hal itu meski dia baik-baik saja secara fisik,
secara finansial dia sudah jadi sekarat karena perbuatannya tadi.
Tanpa punya pilihan lain Amelie membawa mereka semua orang
pulang ke teritorinya. Membuat pekerjaan ibunya untuk mengatur urusan domestik
teritorinya bertambah dan akhirnya jatuh sakit.
Di saat itu Amelie menggantikan tugas Ibunya mengurus masalah
administrasi dan hasilnya ternyata jauh lebih baik dari pekerjaan Ibunya. Saat
itu ibunya sadar kalau meski Amelie punya masalah dengan pelajaran etika untuk
bangsawan, dia punya bakat yang jauh lebih berguna.
Agar bakat putrinya bisa dikembangkan ibunya mengundang tutor
dari luar untuk memberikan pendidikan pada Amelie sebab tidak ada sekolah
selain di Ibukota. Tapi tutor yang dipanggil tidak bisa menerima permintaan
ibunya dan berakhir hanya dengan mengirimkan anaknya saja.
Anak itu adalah Haruki.
Dalam kurun waktu satu tahun, Haruki yang saat itu baru
berusia dua belas tahun memberikan pendidikan pada Amelie. Tapi meski yang
diajari hanyalah anak enam tahun dan yang mengajari adalah anak dua belas
tahun, apa yang keduanya pelajari bukanlah hal-hal dasar saja.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Haruki adalah anak
ajaib yang bisa dibilang jenius di segala bidang. Pengetahuannya sangat luas,
jalan pikirannya di luar kotak, dan yang paling penting penjelasannya sangat
mudah untuk dimengerti. Oleh karena itulah meski Amelie harus mempelajari
konsep baru atau susah yang belum pernah dia temukan sebelumnya, dia masih bisa
mengerti dengan mudah.
Haruki yang dulu itu seperti orang bijak yang terjebak dalam
tubuh anak kecil. Jika dia punya paman mantan polisi yang jadi detektif swasta
mungkin saat itu dia sudah jadi pemimpin gerombolan anak kecil yang ingin
memecahkan kasus pembunuhan.
Selain itu, Haruki juga adalah satu-satunya orang yang bisa
mengerti bagaimana otak Amelie bekerja dan tidak berakhir memandangnya dengan
tatapan kalau seakan dia itu orang aneh.
Begitu Amelie mendengar kabar kalau dia akan dijadikan sandra
politik di negara tempat Haruki tinggal lalu ditempatkan di sekolah di mana
pemuda itu berada. Dia merasa senang. Sebab setidaknya, di tengah-tengah orang
asing tidak dikenal yang tidak menyukainya, dia masih punya sekutu.
Kemudian, meski tidak bermaksud menghina tapi Amelie juga
merasa kalau anak-anak seumurannya itu rata-rata bodoh. Dan sebab cara berpikir
mereka terpaut jauh satu sama lain, berbicara dengan mereka saja menjadi hal
yang melelahkan.
Karena itulah saat sudah dimasukan ke kelas tahun pertama,
Amelie langsung belajar dengan lebih keras untuk bisa mendapatkan evaluasi
tinggi dan diberi hak untuk naik meski umurnya masih di bawah standar. Dia
ingin segera lulus dan segera keluar dari sekolahnya sekarang.
Dalam jangka tiga tahun setelah ulang tahunnya yang
kesembilan. Akhirnya Amelie mampu melompati banyak kelas dan sampai di kelas
tahun terakhir. Berpikir kalau perjuangannya untuk keluar sudah hampir selesai
dan dia bisa menemui Haruki yang sudah lulus.
Tapi begitu dia naik ke kelas terakhirnya, dia dikejutkan
oleh sesuatu.
Haruki masih ada di sana, dia tidak lulus selama tiga tahun
berturut-turut, lalu yang terakhir.
"Kenapa sekarang kau jadi orang tidak berguna seperti
ini?"
Amelie terlalu fokus belajar dan Haruki jarang menunjukan
wajahnya di depan umum, oleh karena itulah sampai tiga tahun gadis kecil itu
tidak tahu apa-apa tentang keadaan Haruki. Pemuda yang dia sangat ingin kejar
itu.
Dan hal itu membuat begitu dia kembali bertemu dengannya, dia
langsung terkena syok berat.
Haruki tidak lagi seperti dulu, sisa-sisa kehebatannya dulu
tidak ada lagi. Dan sekarang dia bukanlah apa-apa kecuali orang tidak berguna.
Hal itulah yang paling mengejutkan bagi Amelie. Bisa dibilang dia sudah jadi
orang lain, dengan kata lain Haruki yang sekarang dan Haruki yang Amelie kenal
dulu adalah dua orang yang berbeda.
"Anak jenius yang besarnya jadi oranh biasa-biasa saja
itu banyak sebenarnya"
Amelie mengepalkan tangan kanannya tapi dia tetap menahan
diri untuk tidak meluncurkannya.
"Kau . . . benar-benar. "
Melainkan fakta kalau bahkan Haruki tidak menyangkal saat
Amelie menyebutnya sebagai orang tidak berguna.
"Hari ini sudah cukup, entah kenapa aku merasa sangat
lelah"
"Kalau begitu istirahatlah, aku akan membereskan
semuanya"
"Sortir saja punyamu, aku akan membereskan barangku
sendiri"
Yang perlu Haruki bereskan hanyalah alat tulis dan juga
kertas-kertas sisa trialny, oleh sebab itu Haruki tidak perlu waktu lama untuk
menyelesaikannya. Tapi untuk Amelie, sebab yang dibawanya adalah beberapa buku
referensi lebar, tebal dan berat. Dia masih kesulitan membereskannya. Atau
lebih tepatnya, kesulitan mengangkat dan menatanya.
"Bagaimana kalau kau menitipkannya di sini saja, besok
kau mau ke sini lagi kan?"
Amelie sama sekali tidak lemah, meski memang fisiknya jauh
dibawah Haruki tapi sebab sekolah mereka adalah sekolah militer. Gadis kecil
itu juga mendapat pelatihan fisik meski hanya pada taraf minimal.
Hanya saja penampilannya sama sekali tidak meyakinkan. Selain
tubuhnya yang lebih kecil bahkan untuk gadis seumurannya, dia juga memberikan
impresi kalau jika kau memeluknya terlalu erat maka tubuhnya akan remuk.
Membuat siapapun yang melihatnya bangun rasa ingin melindunginya.
Dan Haruki juga mempunyai impresi semacam itu terhadap
Amelie.
Dan Haruki juga mempunyai impresi semacam itu terhadap Amelie
"Ummmm. . . kurasa kau ada benarnya juga. . . aku akan
menitipkan buku-bukuku di sini"
Haruki mengambil buku referensi Amelie lalu menaruhnya di
tempat yang sama dengan kertas-kertas ujiannya sendiri.
Amelie memang sering marah pada Haruki, sering menghinanya,
dan tidak pernah berhenti mengungkit-ungkit kesalahannya. Tapi bukan berarti
dia itu gadis yang tidak bisa diajak bicara. Ketika dia diberitahu sesuatu yang
benar, dia akan mempertimbangkannya dengan serius meski yang mengatakannya
adalah orang yang tidak disukainya.
Inilah yang membedakan dirinya dengan anak-anak lain
seumurannya yang sedang dalam masa melawan. Dia tidak melawan hanya karena dia
tidak ingin menurut.
"Kalau begitu aku pulang dulu"
"Ya, hati-hati di jalan"
"Apanya yang hati-hati di jalan? kau juga ikut!"
"Heh kenapa? aku tidak bisa membanggakannya tapi kau
harusnya sudah tahu kalau aku ini laki-laki yang tidak suka mengikuti budaya
merepotkan"
"Um. . benar-benar sama sekali tidak bisa
dibanggakan"
Mengantar wanita yang sudah membantunya pulang ke rumahnya
karena sudah malam adalah kehormatan seorang laki-laki. Lalu sebagai orang yang
sudah dewasa, menjaga seorang anak kecil agar tidak bertemu bahaya adalah
sebuah tanggung jawab. Tapi bagi Haruki, kedua norma itu bukanlah sebuah hal
yang penting.
"Aku juga tidak butuh perhatian berlebih semacam itu!
hanya saja ini sudah mulai gelap dan kita belum makan malam, jadi aku ingin
sekalian mengajakmu"
"Setelah kau pulang aku akan segera makan"
"Makan apa? air sungai? kurasa daripada makan kegiatanmu
itu lebih cocok disebut minum"
"Maaf saja tapi semiskin apapun aku, aku tidak akan
minum air sungai mentah-mentah"
"Jadi kau benar-benar serius ingin minum air sungai
untuk makan malam?"
Amelie sedikit mundur setelah mendengar jawaban itu.
"Tidak, hari ini aku makan air gula"
"Sama saja bodoooooohhh!"
Merasa kalau melakukan pembicaraan lebih jauh hanya akan
membuang waktu saja. Amelie langsung memegang telapak tangan kanan Haruki
dengan erat kemudian menarik pemuda itu ke arah pintu keluar dengan paksa.
"Sebelum itu aku mau tanya dulu, kau berencana mengajaku
makan di mana? di pinggir jalan? di pinggir jalan kan? um pasti di pinggir
jalan"
"Kenapa kau seingin itu makan di pinggir jalan? di sini
itu bukan pusat kota besar jadi di pinggir jalan itu adanya hanya snack"
Tidak seperti sekolah umum, sekolah militer yang mereka
masuki berlokasi lumayan jauh dari kota. Mereka membutuhkan area yang luas
untuk latihan militer, selain itu jika lokasinya terlalu dekat kegiatan mereka
juga akan mengganggu penduduk umum. Di tempat itu, mendengar suara ledakan
sebagai alarm di pagi hari sama sekali bukan bukan hal aneh.
"Jadi?"
"Memasak sendiri itu lama jadi aku tidak bisa
mengundangmu makan di tempatku"
"Um, terima kasih meski kau mengundangkupun aku tidak
akan datang"
"Kau punya masalah apa dengan masakanku?"
Skill memasak Amelie tidak sehebat teman masa kecilnya yang
lain yaitu Eric. Tapi kemampuan memasaknya tidak sburuk ibunya sampai kau perlu
menhindari makanan yang dibuatnya.
"Sudahlah! Di gerbang utara ada kafe yang buka sampai
malam! Bagaimana kalau kita makan di sana?"
Kafe yang Amelie maksud adalah sebuah tempat makan yang biasa
digunakan oleh orang-orang berpangkat untuk melakukan pembicaraan di luar jam
kerja, ataupun anak-anak bangsawan yang mencari makanan yang lebih punya rasa
sambil melakukan sosialisasi.
"Maksudmu tempa yang penuh orang itu? Terima kasih
banyak! Tidak usah repot-repot!"
"Jika kau tidak suka keramaian kita bisa mencari tempat
duduk yang agak sepi"
"Itu malah lebih buruk"
"Ha? jadi kau maunya apa?"
Haruki menampar pipinya sendiri lalu menepuk pundak gadis
kecil di depannya. Sedangkan Amelie memasang muka bingung dan sebal karena
merasa dianggap bodoh.
"Mungkin kau tidak tahu Amelie, tapi laki-laki di sini
itu jarak serangnya sangat jauh"
Pernikahan di bawah umur delapan belas itu adalah barang yang
biasa. Bahkan tidak jarang remaja berusia empat atau lima belas tahun sudah
berstatus menikah. Hal ini berlaku untuk perempuan dan juga laki-laki, bahkan
salah satu teman laki-laki Haruki sudah ada yang menikah saat umurnya baru lima
belas tahun.
Tapi meski begitu, biasanya yang menikah di umur yang sangat
muda itu adalah perempuan. Tidak seperti laki-laki yang nantinya harus bekerja
sampai mati untuk menghidupi keluarganya, wanita tidak punya tuntutan finansial
dan lebih diharapkan untuk mengurus rumah dan keluarga. Oleh sebab itulah
jarang ada pria yang menikah saat masih belum berusia lebih dari delapan belas
tahun.
Sekarang masih belum ada hukum yang menentukan batas umur
minimal untuk seseorang bisa menikah dengan orang lain. Karena itu, pada
dasarnya semua orang bisa menikah saat mereka ingin menikah, mampu menikah,
punya pasangan untuk dinikahi, dan diijinkan untuk menikah oleh orang tua
masing-masing.
"Jadi apa? T. . Tolong jangan bilang kalau kau diam-diam
sudah menikah?"
"Bukaaannn!!!. . . kau itu pintar tapi kenapa kau tidak
paham hal semacam ini? di komunitas sosial kita yang sekarang gadis kecilpun
sudah dianggap sebagai target!"
"Aku bukan anak kecil!!"
"Ya, ya, ya! aku tahu itu! kau itu cuma gadis kecil!
gadis yang kecil" "
"Kau tidak perlu mengulang bagian kecilnya!!"
Haruki tidak mempedulikan protes gadis kecil di depannya.
"Tapi meski begitu di tempat ini kau itu sudah bisa
menerima lamaran seseorang"
". . . . "
Ada banyak alasan kenapa seorang gadis kecil bisa jadi target
seorang laki-laki. Pertama, prospek dan investasi. Ada banyak orang yang masih
mengaggap perempuan sebagai tropi maupun perhiasan yang gunanya untuk
dipamerkan dan menaikan pamor. Mencari wanita cantik dewasa yang belum punya
pemilik itu susah, karena itulah target dialihkan ke anak-anak perempuan yang
kelihatan punya nilai investasi. Jika mereka dimiliki ketika masih kecil, saat
mereka sudah dewasa mereka bisa jadi tropi yang bisa dipamerkan.
Kedua, masalah ekonomi. Tidak ada yang mau menyebutnya
sebagai perdagangan manusia, tapi praktek dimana keluarga miskin memberikan
anak gadisnya yang masih kecil kepada orang kaya dengan meminta kompensasi
material masih ada.
Ketiga, politik. Untuk menjaga hubungan antar keluarga
bangsawan, cara paling sederhana adalah dengan melakukan pernikahan. Dalam
kasus ini, dijodohkan dari kecil agar tidak diganggu hubungannya lalu menikah
cepat adalah hal yang normal. Bahkan pangeran di ujung sana baru saja menikah
dengan teman masa kecilnya yang baru tiga belas tahun.
Keempat, selera. Percaya tidak percaya, laki-laki yang
menyukai gadis kecil itu jumlahnya sangat banyak. Ada banyak jenis suka,
seperti suka imutnya, suka tingkahnya, atau suka secara biologis. Tapi yang
jelas, jumlah orang yang menyukai gadis kecil itu sangat banyak.
"Lalu kenapa makan di luar tidak baik. . . . . . semua
penjelasan panjang lebarmu tidak ada hubungannya dengan rencana makan malam
kita kan?. . . "
Amelie ingin mengatakan sesuatu, tapi dia terlalu malu untuk
mengatakannya sehingga dia harus bekerja keras untuk memanggil keberniannya.
"Atau kau . . . "
Dan alasan terakhir bisa adanya hubungan pria dan wanita
dengan seorang gadis kecil adalah. Si pria terlalu cepat jatuh cinta pada gadis
yang masih terlalu muda dan si gadis kecil masih belum cukup pengalaman untuk
secara logis memikirkan resiko dari hubungannya karena dia masih anak-anak.
"Jangan bicara bodoh! "
Haruki menggunakan jari telunjuknya untuk mendorong kening
Amelie dengan sedikit keras. Amelie yang tidak siapun kepalanya langsung
mendongak ke atas karena dorongan tadi. Membuatnya bisa melihat wajah Haruki
yang menunjukan ekspresi kalau dia barus saja melihat orang paling bodoh
sedunia.
"Maaf saja tapi anak kecil sepertimu itu sama sekali
bukan seleraku! Bawa topik ini lagi saat kau sudah lebih tinggi, punya lebih
banyak lekukan, dan punya volume badan yang lebih banyak! . . yang jela. .
"
Karena posturnya, Amelie sering diremehkan banyak orang dan
kemampuannya diragukan. Oleh sebab itu, topik tentang ukuran tubuhnya lumayan
sensitif untuk gadis itu.
"Diaaam kauu!!"
Amelie mencoba memukul bagian tengah perut Haruki di sekitar
pusar untuk memberikan peringatan. Tapi pukulannya meleset. Dan dia memukul
tepat satu jengkal di atas pusar tepat di bawah rongga dada. Membuat Haruki
langsung menjatuhkan diri ke lantai untuk meredam rasa sakitnya.
"Aa. . Maafkan aku!"
Meski pukulan gadis itu memang mentakitkan. Tapi sebagai
seseorang yang punya kemampuan khusus dan lebih kuat dari orang biasa, hal itu
bukanlah masalah besar. Setelah beberapa menit rasa sakitnya juga akan hilang.
"Aagghhh. . . . . jika kau ingin makan, makan saja
sendiri, aku ingin isitrahat dulu"
Tapi tentu saja Haruki tidak ingin memberitahukan fakta itu
pada Amelie. Dengan erangan rasa sakit yang dilebih-lebihkan, gerakan yang
dibuat kelihatan sulit, dan cara berdirinya yang dibuat tidak stabil Haruki
memberitahukan Amelie kalau dia tidak lagi bisa berjalan keluar dengan bebas.
Dia memberikan pesan kalau dia benar-benar perlu istirahat dan tidak mau keluar
dari kamarnya.
"Ma-maaf. . . aku tid. . "
Tidak. Dia sengaja melakukannya, dia sengaja memukul Haruki.
Yang tidak sengaja dari perbuatannya adalah untuk suatu alasan pukulannya
meleset ke tempat yang lebih berbahaya. Oleh sebab itulah dia berhenti bicara
untuk membela diri.
"Sudahlah. . .jika aku menunggu sampai besok rasa
sakitnya juga akan hilang, kau pulang saja"
"Um. . "
Amelie mengangguk dan berjalan menuju pintu keluar. Setelah
dia berada di luar dia kembali melihat ke arah Haruki, tapi dia langsung
memalingkan pandangannya dan segera menutup kembali pintu di belakangnya.
Amelie ingin kembali masuk dan menemani Haruki, tapi dia tahu
kalau Haruki tidak ingin ditemani olehnya dan lebih suka kalau dia pergi. Oleh
karena itulah, dia berjalan menjauh dari gubuk kecil Haruki.
Sedangkan di dalam.
"Huuhh. . . .akhirnya dia pergi juga"
Haruki menghela nafas panjang dan duduk di tempat tidurnya.
Ulu hatinya masih sedikit terasa sakit, tapi rasa sakit itu pelan-pelan mulai
memudar.
Dan benar saja. Setelah lima menit berlalu, rasa sakitnya
benar-benar hilang dan dia sudah bisa bergerak seperti biasa.
"Gadis itu, kenapa dia bisa sebodoh itu?"
Yang Haruki maksud bodoh bukanlah bodoh dalam masalah
akademik ataupun kepolosan gadis itu yang dengan mudahnya percaya dengan akting
buruk Haruki. Tapi kebodohannya karena tidak bisa menyadari posisi dirinya
sendiri.
Meski Amelie hanya putri ke tujuh dari raja di negaranya dan
normalnya tidak memiliki kesempatan untuk naik tahta, tapi tetap saja dia itu
adalah seorang putri dengan nilai politk besar. Meskipun tidak menginginkannya
tapi dia membawa nama ayah dan negaranya di atas pundak kecilnya itu.
Meski aneh dan menurut Haruki tidak normal, tapi gadis
sekecil Amelie memang sudah dianggap dewasa bagi mayoritas orang di era ini.
Haruki tidak punya perasaan yang aneh terhadap Amelie dan jarak umur mereka
membuat Haruki hanya menganggap Amelie sebagai adik kecilnya.
Tapi di mata orang lain, apa yang Haruki dan Amelie lakukan
adalah interaksi antara lawan jenis. Hubungan antara laki-laki dan perempuan,
bukannya anak kecil dengan orang dewasa. Oleh sebab itulah rencana Amelie
mengajaknya makan di luar jadi masalah.
Teman-teman sekelasnya sudah tahu kalau Amelie itu adalah
orang yang dikucilkan dan tidak punya teman, mereka juga tahu kalau Haruki
adalah orang yang levelnya sudah keterlaluan tinggi secara umur dan punya mulut
menyebalkan sehingga melihat dua penyendiri itu berteman sama sekali bukan hal
aneh.
Pekerja di sana, guru dan staffnya juga tahu kalau Amelie
punya membimbing Haruki dalam masalah akademik sehingga melihat mereka berdua
saja bukan sesuatu yang baru. Mereka makan bersama sambil berdebat, mereka
berjalan bersama sambil saling hina, atau mereka berdua tertawa dan
berteriak-teriak di dalam tempat tinggal Haruki juga bukan hal aneh bagi mereka
semua.
Tapi ketika di luar hal itu dipandang lain.
Apa yang akan dipikirkan orang biasa saat melihat seorang
perempuan dan laki-laki keluar dari satu tempat yang sama di malam hari. Apa
yang akan orang lain pikirkan ketika melihat sepasang perempuan dan laki-laki
makan bersama di tempat umum di mana dan mempertontonkan keakrabannya. Lalu apa
yang akan mereka pikirkan ketika keduanya memilih tempat sepi dan menghilang
dari pandangan.
Mereka baru saja melakukan sesuatu, mereka sepasang kekasih,
mereka ingin melakukan sesuatu.
Meski tidak semua orang berpikir seperti itu tapi pasti ada
yang akan memikirkannya, dan ketika mereka sadar kalau Amelie adalah orang
penting mereka akan berpikir kalau membicarakannya adalah topik yang menarik.
Lalu ketika mereka menganggap sesuatu itu menarik, mereka akan membicarakan
pada orang-orang yang mereka anggap dekat.
Hal itu akan terus berulang dan berulang, lalu ketika
informasi sudah disebarkan ke banyak orang informasi itu akan jadi rumor. Dan
begitu sebuah informasi berubah menjadi rumor, mereka akan mulai memutar
balikan kenyataan, menambahkan imajinasinya sendiri, lalu melebih-lebihkan apa
yang mereka dengar dan yang terakhir. Mereka akan menyebarkannya lagi.
Di saat itu, meski seseorang tahu akan fakta sebenarnya
mereka tidak akan memikirkan keberadaa fakta itu lagi.
Amelie. Gadis kecil itu masih terlalu polos dan naif. Jika
dia ditanya mengenai rumor tentangnya dia akan menjawab dengan kejujuran. Tapi
kejujuran ataupun kebenaran tidak ada gunanya untuk diberitahukan. Sebab yang
dicari adalah hiburan.
Dan jika rumor kalau Amelie, seorang putri sebuah negara
punya hubungan dengan orang yang bahkan tidak jelas asal-usulnya menyebar maka
dia akan dapat masalah. Bisa saja orang akan mulai membicarakannya dari
belakang mengingat dia memang sudah tidak disukai dari awal, bisa saja dia
disuruh pulang lalu diintrogasi padahal dia tidak tahu apa-apa.
Dan yang paling buruknya adalah, statusnya sebagai sandra
politik digantikan oleh orang lain lalu ditarik ke negaranya sendiri lalu
disuruh menikah dengan sesorang sebagai alat politik.
"Ah. . . aku harus makan apa sekarang?"
Ketika membayangkan rumor macam apa saja yang akan
mengelilingi gadis kecil itu, perut Haruki jadi merasa tidak enak. Meski memang
hanya sekitar setahun, tapi dalam waktu itu dia sudah tumbuh bersama gadis
kecil itu.
Dan membiarkannya menderita karena masalah kecil bisa
membuatnya mimpi buruk. Selain itu, jika gadis itu sampai pergi maka tugas yang
diberikan padanya sama saja dengan gagal. Bukan hanya Haruki, tapi para
petinggi negara ini juga tidak ada yang ingin gadis itu pergi.
Haruki pergi ke bagian lain dari tempatny dan mencari gula,
tapi yang dia temukan hanyalah sebuah wadah kosong dan remah roti.
"Geh. . . sepertinya aku benar-benar harus ke
sungai"
Tentu saja dia tidak ingin mengambil air sungai lalu
memasaknya untuk makan malam. Jika beruntung mungkin dia bisa dapat ikan, jika
dia tidak beruntung mungkin dia masih bisa mendapat blueberry liar yang
jumlahnya sedikit, kalau dia sial mungkin dia tidak akan dapat makan malam.
Dia bisa keluar dan membeli snack di pinggir jalan. Tapi dia
tidak ingin mengambil resiko bertemu dengan Amelie di luar sana.
Dan begitu dia membuka pintu lalu mulai berjalan menjauhi
rumahnya, dia bertemu Amelie yang sedang berjalan ke arah rumahnya.
"Eh?apa kau ingin keluar?"
"Ke-kenapa kau kembali lagi? apa kau lupa sesuatu?"
Haruki mencoba mengalihkan pembicaraan ke arah di mana dia
tidak harus ditanyai tentang keadaan tubuhnya. Tapi taktiknya tidak berguna dan
dengan muka bingung Amelie membalikan arah pembicaraan mereka.
"Bagaimana dengan keadaanmu?"
"Aku sudah baikan?"
Amelie memperhatikan Haruki dengan teliti, dan dia tidak
menemukan ada yang salah dengan Haruki. Lalu, merasa kalau kebohongannya sudah
diketahui, Haruki sudah bersiap memberikan banyak alasan yang jelas tidak akan
mempan digunakan pada Amelie. Jadi bisa dibilang dia sudah menyiapkan mental
untuk diomeli lagi oleh gadis itu.
"Syukurlah"
"Eh? ka-kau tidak marah?"
"Kenapa aku harus marah? yang salah kan aku, harusnya
aku yang minta maaf?lalu, apa kau sudah makan?"
Begitu Haruki melihat muka bersalah gadis kecil itu, dia
langsung merasa kalau dadanya baru saja ditusuk oleh sesuatu. Normalnya
diberikan perhatian oleh seseorang adalah sesuatu yang menyenangkan. Tapi
sayangnya, perhatian yang Haruki terima hanya membuatnya sakit dan merasa
bersalah.
Kebohongannya dibalas dengan kekhawatiran. Kemalasannya
dibalas dengan perhatian. Dan ketidakmauannya dibalas dengan kepedulian.
Mengseampikan hobinya untuk memarahi pemuda itu, bisa dibilang tidak ada orang
yang lebih peduli padanya dibanding Amelie.
"Amelie. . . kau tidak perlu repot-repot memikirkanku
seperti itu. . . tidak makan satu atau dua kali tidak akan membunuhku, lagipula
aku sudah biasa. "
Amelie datang dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Jangan pelihara kebiasaan buruk semacam itu! Maag itu
berbahaya!"
Melihat tatapan polos gadis itu menyakitkan, melihat wajah
khawatirnya membuat Haruki malu pada dirinya sendiri, dan melihat nafas gadis
itu yang agak memburu membuat Haruki kalau dia baru saja menjadi orang yang
benar-benar jahat.
Meski memang Amelie itu menyebalkannya minta ampun, tapi pada
dasarnya dia hanyalah gadis kecil baik yang terlalu cerewet. Setiap omelan yang
diberikannya adalah untuk kebaikan Haruki.
Sekali lagi. Fakta kalau Amelie bisa marah pada Haruki atas
kesalahannya sendiri adalah bukti kalau gadis itu sangat peduli pada pemuda
itu.
Persis seperti seorang Ibu. Bahkan tingkat kecerewetan gadis
itu sudah setara dengan Ibunya di rumah. Jika gadis itu sudah sepuluh tahun
lebih tua, Haruki akan langsung percaya kalau Amelie adalah seorang ibu dengan
banyak anak. Meski dia masih kecil tapi untuk suatu alasan Haruki bisa
merasakan aura keibuan Amelie.
"Jika kau hanya tidak ingin makan di luar aku hanya
perlu membawakannya untukmu, dan sebab aku juga belum makan maka aku harus
meminjam tempatmu! kurasa . . itu bukan ide buruk"
Amelie melihat ke arah Haruki dengan tatapan ragu-ragu yang
artinya 'apa tidak boleh?'. Dia kelihatan ingin mengatakan sesuatu tapi
memutuskan untuk menahan diri dan terus menutup mulutnya.
"Hah. . . "
Jika kau masih bisa menolak setelah ditunjukan ekspresi
memohon seperti itu mungkin kau bukan lagi manusia.
"Kalau begitu cepat masuk, aku akan membantu"
"Tentu saja kau harus membantu!!"
Haruki mengambil keranjang berisi makanan dari tangan Amelie,
setelah itu mereka berdua masuk dan menyiapkan peralatan makan malamnya. Dan
begitu keduanya kembali duduk berhadapan, Haruki bilang. . .
"Aku tidak punya uang untuk menggantinya, tapi kau bisa
menganggapku berhutang padamu!"
"Tidak perlu!! jika kau memberiku hak semacam itu
mungkin sebulan lagi kau sudah menjadi budaku! jadi terima kasih"
"Geh. . . "
Sebanyak itulah hutang Haruki pada Amelie selama setahun
lebih ke belakang. Dan jika Haruki ingin menghitungnya, maka hutangnya akan
terus menumpuk. Karena itulah Amelie tidak menganggapnya sebagai hutang, sebab
dia tahu kalau kemungkinan Haruki bisa membayarnya sudah hampir nol.
"Tapi jika kau benar-benar ingin membayar hutangmu, kau
cukup bekerja sekeras mungkin dalam belajar"
Amelie tersenyum.
Setelah mendengar kata-kata penyemangat itu, Haruki hampir
saja secara reflex berjanji untuk berusaha lebih keras demi Amelie. Tapi di
saat-saat terakhir dia berhasil menahan diri dan menghentikan dirinya untuk
menuruti keinginan gadis kecil itu.
"Maaf, tapi aku tidak tertarik dengan nilai bagus
lagi"
"Kalau begitu setidaknya kau harus lulus test
besok"
"Jika itu aku masih bisa berusaha"
"Ah . . . Apa kau mau begadang untuk belajar hari
ini?"
Mendengar tawaran itu. Haruki langsung membayangkan Amelie
tidur di atas kasurnya karena kelelahan dengan wajah tanpa pertahanan.
"Aku akan berhasil besok!"
Dia tidak punya kepercayaan diri bisa menahan diri kalau
diberikan kesempatan yang seempuk itu.
"Anak baik!"
"Oi!"
Keduanyapun memulai makan malamnya, dan setelah selesai
Amelie langsung pulang ke tempatnya sendiri tanpa diantar. Sama seperti
hari-hari sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment